Selasa, 18 Mei 2010

Hewan-hewan Kecil yang Mematikan

9. kutu

Kutu memakan darah dan menempelkan diri mereka kepada hewan lain (termasuk manusia). Mereka dapat menjadi sulit untuk dihapus dan penghapusan harus dilakukan dengan hati-hati karena mereka dapat meninggalkan bagian kepala mereka yang kemudian dapat menyebabkan infeksi serius. Menurut Wikipedia, kutu keras (hard ticks) dapat menularkan penyakit pada manusia seperti penyakit Lyme, demam Rocky Mountain , tularemia, equine ensefalitis, demam kutu Colorado, African Tick Bite Fever, dan beberapa bentuk ehrlichiosis.

8. Tarantula Hawk

Tarantula Hawk diberi nama sesuai fakta bahwa mereka berburu tarantula sebagai makanan larva mereka. Sengatan mereka dinilai sebagai salah satu yang paling menyakitkan di dunia (walaupun tidak menyakitkan seperti semut peluru). Salah seorang peneliti menggambarkan "[...] sengatan sebagai penyebab langsung, rasa sakit yang menyiksa hanya menutup bawah kemampuan seseorang untuk melakukan apa pun, kecuali, mungkin, menjerit. Hanya disiplin mental tidak bekerja dalam situasi ini." Tarantula Hawk adalah 'serangga resmi' negara bagian New Mexico.

hebat punya predikat "SERANGGA RESMI"

7. Lalat Tsetse

Lalat ini merupakan lalat penggigit besar dari Afrika yang memakan darah hewan vertebrata. Mereka diketahui menyebabkan Penyakit Tidur pada manusia dan Nagana di ternak. Penyakit tidur adalah penyakit parasit pada manusia dan hewan yang disebabkan oleh Trypanosoma, suatu protozoa yang ditularkan oleh lalat Tsetse. Gejala penyakit tidur dimulai dengan demam dan sakit kepala lalu membengkak di bagian belakang leher. Setelah itu, korban mungkin mengalami tidur siang hari dan insomnia. Ini bisa mengakibatkan kematian sesudahnya.

6. Africanized Bees

Lebah ini juga disebut lebah pembunuh, dan merupakan keturunan dari 26 ratu lebah Tanzania yang dibesarkan dengan spesies lain setelah mereka tanpa sengaja dibebaskan dari sarang di Brasil. Apa yang membuat lebah mematikan adalah sifat dasar pertahanan mereka dan kecenderungan untuk bergerombol. Selain itu, mereka cenderung mengikuti korban bahkan ketika sudah jauh dari sarang. Keagresifan ini ketika menyerang memastikan potensi ancaman kematian yang sangat menyakitkan bagi korban.

5. Deathstalker

Merupakan sebuah spesies kalajengking yang sangat berbahaya karena racunnya. Racun itu sebenarnya adalah campuran neurotoxins kuat. Meskipun, racun tidak akan membunuh orang dewasa yang sehat, bisa berakibat fatal untuk anak-anak dan orang tua. Ironisnya, komponen racun (peptida chlorotoxin) memiliki potensi untuk menyembuhkan tumor otak manusia sedangkan racun lain dapat membantu melawan diabetes.

4. Black Widow

Merupakan salah satu spesies laba2 yang paling terkenal, terutama karena racunnya yang bisa berakibat fatal bagi manusia. Racunnya dikatakan lebih kuat daripada ular derik. Jantan dan betina memiliki tanda berbentuk jam pasir di bawah perut mereka. Betina relatif lebih besar daripada jantan dan bertentangan dengan kepercayaan populer, jarang betina memakan jantan setelah kawin.

3. Army Ants

Mereka banyak ditemukan di Afrika dan Asia dan mereka membangun sarang sementara saat bepergian. Risiko terbesar semut ini untuk manusia adalah ketika mereka bergerombol melalui rumah. Ketika persediaan makanan rendah, kawanan semut ini akan menggerombol dalam ukuran hingga 50 juta semut. Ada laporan bahwa biasanya manusia dibunuh dengan membuatnya sesak napas (semut akan sering masuk ke dalam paru-paru). Mandibula mereka begitu kuat sehingga di beberapa bagian Afrika mereka digunakan secara individual sebagai jahitan darurat saat persediaan obat-obatan tidak tersedia.

2. Bullet Ant

Sebuah gigitan dari serangga ini tidak akan membunuh Anda, tetapi Anda tidak akan pernah melupakannya. Semut ini dinamai demikian karena gigitannya berasa seperti ditembak dan dapat menimbulkan gigitan yang paling menyakitkan dari setiap makhluk yang dikenal manusia. Semut ini berada pada posisi nomor satu di Schmidt Sting Pain Index dimana ia digambarkan sebagai penyebab "gelombang yang terbakar, berdenyut, memakan semua rasa sakit yang terus berlanjut sampai 24 jam".

1. Nyamuk Anopheles

Nyamuk ini dianggap makhluk yang paling berbahaya di bumi karena menyebabkan lebih dari 300 juta kasus malaria setiap tahun, yang menghasilkan antara 1 sampai 3 juta kematian. Mereka dapat juga membawa demam berdarah, kaki gajah, dan demam kuning. Mereka biasanya aktif selama malam hari, jadi salah satu cara untuk melindungi diri sendiri adalah dengan menggunakan pembasmi serangga dan mengenakan baju lengan panjang.

Selasa, 10 November 2009

Resep Shabu-Shabu Khas Jepang

07-08-2008 11:55

Shabu-shabu adalah masakan khas Jepang. Semacam sup dengan isi daging sapi iris tipis, plus sayur-mayur yang direbus dengan kaldu. Sayurnya pun beragam, mulai sawi putih sampai jamur. Biasanya shabu-shabu disajikan bersama-sama dengan saus pencelup.

Bahan:

* 500 gram daging sapi sukiyaki
* 12 buah jamur shitake segar
* 1 buah tahu putih, ukuran besar, potong berbentuk dadu
* 75 gram soun, rendam dalam air panas, tiriskan
* 100 gram sawi putih, potong-potong
* 3 batang daun bawang, potong serong ukuran 2 cm
* 100 gram sawi pok choy, potong-potong
* 1 1/4 liter kaldu ayam

Saus pencelup:

* 150 cc kecap kikkoman
* 100 cc ponzu/air jeruk lemon
* 1 sendok makan gula pasir
* 5 cm lobak, parut halus
* 3 siung bawang putih, haluskan
* 3 cm jahe, parut halus
* 1 sendok makan biji wijen, sangrai, haluskan

Cara membuat

Bahan:
*didihkan kaldu ayam,
*masukkan daun bawang, aduk rata,
*lalu masukkan daging sapi, jamur, tahu, soun, sawi putih, dan sawi pok choy,
*masak hingga matang, jangan diaduk-aduk.

Saus pencelup:
*campur kecap kikoman,
*gula pasir, dan ponzu/air jeruk lemon, aduk rata, didihkan, angkat, dinginkan,
*lalu masukkan lobak parut, bawang putih, jahe, dan wijen, aduk rata.

Ani Nurdwiyanti adalah kontributor swaberita dan dapat dihubungi di ani.nurdwiyanti@swaberita.com

Geisha: Membayangkan Jepang Lewat Bioskop

August 23, 2007
Filed under: Komunikasi — fickry @ 2:43 pm

“Kunshi wa hitori o tsutsushimu.”

“Orang hebat selalu menjaga perilakunya, meskipun sedang sendiri.”

~Unknown Author~





SAYA mengenal Jepang lewat film. Berbagai film produksi Jepang saya lahap seperti sarapan pagi. Mulai dari alur cerita, soundtrack, lokasi, hingga bintang filmnya. Bahkan tak jarang saya menghapal beberapa lagu Jepang. Bukan untuk menjadi ke-Jepang-Jepangan, tapi tak lebih menyalurkan minat menyanyi. Salah satu film yang menginspirasi saya tentang negeri Sakura itu adalah film Memoirs of Geisha.

Film garapan Rob Marshall dengan produser Steven Spielberg yang mengangkat novel dengan judul senada karya Arthur Golden tersebut memang sukses di pasaran. Di samping sinematografi yang memikat, pun didukung aktor dan aktris yang menawan. Sebut saja seperti Zi Yi Zhang, Michelle Yeoh, Gong Li, dan Ken Watabane. Namun, saya tidak akan membicarakan itu di sini. Tidak untuk merayaan kesuksesan duo itu: persetubuhan antara kapitalisme dan idelogi sebuah kebudayaan yang diraih lewat produksi film. Namun, saya akan membincang sebuah bangsa dan kebudayaannya. Sesuatu yang lebih agung dari sekadar itu. Yaitu tentang Jepang dan segenab karakter budayanya yang direpresentasikan melalui film Memoirs of Geisha.







Sedikit tentang Geisha

Awalnya Geisha adalah seorang pria yang bekerja untuk menghibur atau lebih tepatnya pelawak. Lalu pada tahun 1800-an, Geisha mulai banyak diperankan oleh seorang wanita yang disebut dengan Onna Geisha. Biasanya, Geisha kecil memulai pelatihan utuk menjadi seorang Geisha sejak usia yang sangat muda. Pada masa itu, ia membantu Geisha senior dan menemaninya melayani atau bekerja dengan kliennya. Pada saat menemani itulah ia belajar dengan seniornya bagaimana menjadi Geisha sejati. Mulai dari cara berjalan, menggunakan Kimono, menuangkan teh ke cangkir, sampai pilihan kata yang harus disampaikan untuk menghibur klien. Geisha pun dituntut untuk memiliki multitalent, seperti pandai bermain musik, menari, berbicara tentang banyak hal, dan lain-lain. Keterampilan inilah yang dijual oleh seorang Geisha.

Geisha dikatakan berhasil apabila telah memiliki seorang Danna atau pelindungnya. Semua kebutuhan hidupnya akan dibiayai oleh pelindungnya tersebut. Saat ini, hampir semua wanita muda yang ingin menjadi Geisha harus mengikuti sekolah Geisha. Di sana mereka dilatih berbagai keterampilan khas Geisha. Mereka belajar alat musik tradisional seperti Shamisen, Shakuhachi (bamboo flute), dan drum, sebaik mungkin. Mereka juga dituntut untuk bisa menyanyi lagu tradisional, menari tarian Jepang kalsik (tari kipas), upacara teh, keterampilan ikebana (keterampilan merangkai bunga), puisi, bahkan pengetahuan umum dan ilmiah.

Geisha modern masih tinggal di rumah Geisha yang dikenal dengan sebutan Okiya, sedangkan wilayahnya disebut Hanamachi. Tetapi kebanyakan Geisha modern lebih memilih tinggal di apartemen. Sedangkan dua daerah yang prestisius adalah Gion dn Pontocho yang keduanya berada di Kyoto. Pada tahun 1920-an, di Jepang, terdapat lebih dari 80.000 orang Geisha. Namun saat ini, jumlahnya menurun menjadi kurang dari 1.000 orang.





Memoirs of Geisha: Reflika Kebudayaan Jepang

Film merupakan media komunikasi yang memiliki kekuatan tersendiri dalam menyampaikan makna. Melalui film, berbagai pesan dapat disampaikan kepada audiens yang diinginkan. Kebudayaan, nilai-nilai sosial, adat-istiadat, teknologi, dan bahasa, dapat disampaikan secara holistik dan luruh. Proses penyampaian pesan yang dilakukan pun efektif karena melibatkan semua panca indra baik audio maupun visual laiknya medium televisi.

Menurut Mc Luhan (dalam Budi Irawanto, 20-21: 2005), televisi adalah medium “dingin” (cool) yang menyajikan citra (image) secara utuh. Ini mengarah pada partisipasi yang lebih besar secara sensoris. Proses komunikasi melalui video hanya mensyaratkan sedikit atau kontribusi yang tak terlampau aktif dari kapasitas penontonnya. Televisi menawarkan tantangan yang tak langsung atau pemahaman yang segera, dan otak yang sadar diundang oleh televisi untuk menggambarkan secara bebas dan menciptakan respon yang leluasa.

Demikian juga dengan film. Pesan yang disampaikan melalui film melibatkan banyak faktor dan unsur yang saling melengkapi. Mulai dari proses pra sampai pasca produksi. Proses kreatif dan riset yang panjang sudah barang tentu suatu kewajiban. Hal ini untuk menunjang kevalidan dan kesesuaian dengan realitas yang ada di dalam masyarakat. Proses kerja keras dan riset yang panjang itu tidak lain untuk mendukung terciptanya sebuah maha karya yang sempurna, dan pada titik ekonomis, akhirnya, memenuhi tuntutan pasar.

Adalah film Memoirs of A Geisha yang merupakan salah satu film berlatar belakang sejarah dan budaya. Menariknya, Geisha merupakan salah satu “produk” kebudayaan tradisional Jepang yang penuh dengan kemisteriusan tersendiri. Kehidupannya yang penuh rahasia dan tertutup memberikan kesan istimewa yang dilekatkan padanya. Lalu, bagaimana kehidupan Geisha tersebut direpresentasikan dalam film? Secara garis besar film tersebut menceritakan kondisi Jepang sekitar tahun 1930-an. Lebih lanjut lagi, Jepang menjadikan tradisi bukan sebuah hambatan, malah menjadi sebuah fasilitator untuk mencapai kesuksesan. Tradisi dan misteri kebudayaan Jepang dipelihara hingga kini, termasuk Geisha.

Geisha adalah salah satu aset budaya yang memiliki kompleksitas tersendiri. Tradisi yang dimiliki seorang Geisha adalah tradisi yang dijaga dan dirahasiakan secara turun temurun. Status sosial seorang Geisha menduduki posisi tersendiri dalam masyarakat Jepang. Bahkan mereka menduduki posisi teras dalam struktur sosial masyarakat Jepang.

Misteri tradisi dan status sosial Geisha menarik tatkala ditarik ke dalam sebuah media film. Apalagi mengingat adanya distorsi pemahaman dan kerancuan antara Geisha dan pelacur di kalangan masyarakat umum. Hal inilah yang kemudian menarik ketika status sosial tersebut divisualisasikan dalam film dengan tarikan plot yang romantis. Pilihan artistik dan bahasa visual menjadi penting tatkala hendak menggambarkan sebuah status sosial dan peran sosial dalam masyarakat. Apalagi posisi tersebut sulit untuk diekspoitasi secara umum.



Konstruksi Kebudayaan Jepang

Geisha merupakan salah satu bentuk filosofis dari jutaan kebudayaan Jepang yang unik dan berkarakter. Ciri khas inilah yang kemudian menjadi spirit masyarakatnya untuk membangun Jepang. Spirit tersebut menjai katalisator kebangkitan mereka menjadi macan Asia. Betapa canggih karakter tersebut sampai tidak lebih dari setengah abad Jepang berhasil membangun peradaban mereka yang kental unsur tradisi yang membudaya sejak ratusan tahun.

Geisha tak lebih dari ribuan subkultur di Jepang. Ia adalah salah satu produk kebudayaan yang memberikan pengaruh cukup besar terhadap kondisi Jepang saat ini. Spirit yang ia bawa memberikan inspirasi etos kerja dan semangat rakyat Jepang. Negara industri berhasil disandangnya dalam waktu singkat setelah kekalahannya dengan Amerika pasca Perang Dunia II. Kemajuan yang ia capai tidak terlepas dari sikap bangsa yang ulet, tekun, dan disiplin. Selain itu, dalam menjalankan proses modernisasi, ia kerap menjaga proses tradisi yang sudah mengakar di negaranya selama beratus-ratus tahun.

Proses modernisasi di Jepang dilacak sejak Restorasi Meiji (awal abad XIX), ketika para samurai yang berpikiran maju menghendaki modernisasi Jepang. Tetapi kalau kita tarik ke belakang lagi, sebetulnya Restorasi Meiji juga bisa sukses ketika sudah melewati masa jengoku jidai (masa perang) zaman Tokugawa (sekitar abad XV-XVII). Setelah selesainya era Tokugawa yang penuh perang, Jepang mengalami masa damai selama 200 tahun. Dan itulah modal besar yang dimiliki Jepang untuk mendidik bangsanya.

Kebudayaan masyarakat Jepang yang ulet dan disiplin tersebut dapat dilihat dari kehidupan Geisha. Bagaimana seorang Maiko (istilah sebelum menjadi Geisha) belajar dan berlatih dengan Geisha seniornya. Memakai Kimono, berjalan dengan sandal yang tinggi, merelakan rambutnya berminggu-minggu tidak tersentuh air, dan bagaimana menjaga kebersihan, merupakan bagian dari ritual-ritual yang harus dilakukan oleh seorang Maiko sebelum menjadi Geisha yang sebenarnya. Tradisi dan kebudayaan tersebut kemudian dikonstruksikan dalam sebuah film mengingat film juga merupakan media untuk merekonstruksikan kebudayaan masyarakat.

“Geisha originated as skilled professional entertainers; originally most were male. While various ranks of professional courtesans provided sexual entertainment, geisha used their skills in traditional Japanese arts, music, dance, and storytelling. Town (machi) geisha worked freelance at parties outside the various pleasure quarters, while quarter (kuruwa) geisha entertained at parties within the pleasure quarters. As the artistic skills of high-ranking courtesans declined, the skills of the geisha, who were both male and female, became more in demand.”



Geisha sangat umum pada abad ke-18 dan abad ke-19, dan masih ada sampai sekarang ini, walaupun jumlahnya tidak banyak. Dalam bahasa Inggris Geisha dilafalkan geɪ ʃa (“gei-” – “may”). Di Kansai, istilah “geiko” dan geisha pemula “maiko” yang digunakan sejak Restorasi Meiji hanya digunakan di distrik Kyoto. Pengucapan gi ʃa (“gei-” – “key”) atau “gadis geisha” umum digunakan pada masa pendudukan Amerika Serikat di Jepang dan mengandung konotasi negatif yaitu pelacuran. Di Tiongkok, kata yang digunakan adalah “yi ji,” yang pengucapannya mirip dengan “ji” dalam bahasa Mandarin yang berarti prostitusi.

Geisha belajar banyak bentuk seni dalam hidup mereka, tidak hanya untuk menghibur pelanggan tetapi juga untuk kehidupan mereka. Rumah-rumah geisha membawa gadis-gadis yang kebanyakan berasal dari keluarga miskin dan kemudian melatih mereka. Semasa kanak-kanak, geisha seringkali bekerja sebagai pembantu, kemudian sebagai geisha pemula (maiko) selama masa pelatihan.



Bushido dan Geisha

Ada perbedaan besar antara Bushido dan Geisha. Di samping dimensinya yang berbeda, tampaknya kedua istilah ini memiliki bias gender. Bushido yang diidentikkan dengan samurai yang notabene adalah laki-laki. Sementara Geisha melulu diasosiasikan dengan perempuan.

Bushido adalah etika moral bagi kaum samurai yang berasal dari zaman Kamakura (1185-1333) dan terus mengalami perkembangan pada zaman Edo (1603-1867). Aspek yang diajarkan adalah kesetiaan, keadilan, rasa malu, tata-krama, kemurnian, kesederhanaan, semangat berperang, kehormatan, dll. Sementara aspek yang paling dominan dalam falsafah ini adalah aspek spiritual.

Jika melihat aspek yang diajarkan di dalam bushido, setidaknya Geisha memiliki beberapa kesamaan. Misalnya pada aspek tata-krama, kehormatan, kesetiaan, dan kemurnian. Seorang Geisha sejati selalu memegang janji terhadap Dannanya. Ia berpegang teguh untuk menjaga kesetiaannya. Selain itu, menjaga tata krama dan kehormatan ketika mereka bekerja merupakan sebuah keharusan dari profesinya itu.



Geisha dan Maiko: Sempai-kohai

Tatanan sosial di Jepang juga mengenal adanya hubungan masyarakat vertikal yaitu hubungan sempai-kohai (senior-junior). Biasanya seorang senior dipanggil sempai oleh para junior, sedangkan senior memanggil para juniornya dengan namanya saja. Seorang sempai bertanggungjawab untuk mengayomi para kohai sehingga hubungan mereka mirip hubungan kakak-adik.

Pun demikian dengan Geisha. Biasanya, seorang Geisha memiliki Maiko yaitu semacam adik tingkat di Okiya. Maiko memperoleh pelajaran dan pengalaman berharga dari seorang Geisha seniornya. Kemanapun Geisha bekerja, biasanya Maiko selalu diajak untuk melihat langsung bagaimana Geisha melayani para tamunya dengan berbagai kemampuan dan keterampilan menjamu. Di sanalah ia melihat secara langsung seniornya bekerja dan bahkan mempraktikkannya.



“Kunshi wa hitori o tsutsushimu” dan Budaya Indonesia

Membaca budaya Jepang lewat film mungkin menarik. Di samping disuguhi plot dramatis, kita juga dapat menikmati alamnya yang modern sekaligus tradisional itu. Mulai dari film klasik hingga film ber-settting Jepang modern. Ada banyak pelajaran yang dapat diambil. Termasuk film Memoirs of Geisha ini.

Membicaraan Geisha, saya teringat dengan pepatah lama Jepang yang berbunyi “Kunshi wa hitori o tsutsushimu“, yang artinya “orang hebat selalu menjaga perilakunya, meskipun sedang sendiri.” Walaupun tidak ada korelasi positif dengan Geisha, setidaknya saya sedikit tergelitik sekaligus malu. Mereka berusaha untuk menjadi lebih baik dan menjadi sempurna hanya untuk kehormatan mereka sendiri. Bukan untuk dilihat oleh orang lain.

Mereka malu dengan dirinya sendiri apabila gagal dalam mendapatkan sesuatu. Mereka malu bukan karena makian, cacian, ataupun kritik saran orang lain, tetapi malu karena tidak berhasil menjadi manusia seutuhnya yang mampu menjaga moral mereka sendiri.

Mengandaikan Indonesia seperti Jepang, saya hanya bisa berdoa, semoga perubahan itu tidak diawali dengan munculnya Geisha versi Indonesia. Salam!

Sapo Tahu Jepang

Tahu, sayur, Udang, baso ikan, jamur, wah… pokoknya komplit deh. Tahu jepang dimasak begini emang enak.


Bahan:

* 50 gram udang kupas
* 3 buah baso ikan, potong menjadi 2 bagian
* 1 buah tahu jepang
* ½ buah wortel
* 1 pok choy
* 8 lembar jamur kuping
* 2 siung bawang putih
* 2 sdm saos tiram
* ½ sdt kecap ikan
* ½ sdm gula
* ½ sdt garam
* ¼ sdt merica
* Air putih secukupnya

Cara Membuat:

1. Goreng tahu jepang dalam minyak panas. Angkat, sisihkan
2. kukus wortel dan pok choy, sisihkan.
3. Tumis bawang putih sampai harum, masukan udang dan baso ikan, tuangkan kecap ikan, aduk. Masukan wortel, tahu jepang, jamur kuping, aduk. Masukan saos tiram, garam, gula, merica, aduk. Tambahkan air, masak hingga mendidih.Terakhir masukan kanji yang sudah dicampur air, aduk. Matikan api.
4. Siramkan semua bahan ke atas pok choy yang sudah disusun pada piring saji. Sajikan hangat.

ShareThis
Related Posts

* Tahu Isi
Ini pertama kalinya aku membuat tahu isi sendiri. Ya, bentuknya kurang bagus (maklum ...
* Sop Perut Ikan
Bahan: 50 gram perut ikan100 gram daging babi / sapi 50 gram udang6 biji baso ikan1 ...
* Kembang Tahu Masak kecap
Bahan: 1 ekor ayam kampung, potong-potong4 butir telor rebus500 gram baikut babi pot ...
* Ca Pok Choy
Sayur Pok Choy ini, sangat sering kita jumpai di pasar-pasar tradisional maupun super ...
* Sambel Goreng Tahu Tempe
Tahu tempe mengandung protein yang cukup banyak, sehingga bagus untuk dikonsumsi ...
Source: http://www.evennachang.com/

"Daftar Isi Blog"


Selasa, 27 Oktober 2009

ME

Selasa, 06 Oktober 2009

Prefektur Toyama

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Langsung ke: navigasi, cari
Prefektur Toyama
富山県; Toyama-ken
Lokasi Prefektur Toyama (disorot) dalam peta Jepang

Ibu kota Toyama
Wilayah Chubu
Pulau Honshū
Gubernur Takakazu Ishii

Luas wilayah 4.247,22 km² (ke-33)
% perairan 0,1%%

Penduduk (data 1 Oktober 2001)
Jumlah 1.120.380 (ke-38)
Kepadatan 264/km²

Distrik 2
Munisipalitas 15

ISO 3166-2 JP-16
Situs web [1]
Simbol prefektur
Bunga Tulip (Tulipa)
Pohon Tateyamasugi (Cryptomeria japonica)
Burung Snow grouse (Lagopus mutus)
Lambang Prefektur Toyama
Lambang Prefektur Toyama


Prefektur Toyama merupakan sebuah prefektur di Jepang. Beriubukota di Toyama.

Pada tahun 2001, luasnya adalah 4.247 km² dengan memiliki jumlah penduduk 1.120.380 jiwa dengan memiliki angka kepadatan penduduk 264 jiwa/km².

Daftar isi

[sembunyikan]

[sunting] Region

[sunting] Toyama Timur

[sunting] Region Toyama

[sunting] Region Niikawa

[sunting] Toyama Barat

[sunting] Region Takaoka

[sunting] Region Tonami