Selasa, 10 November 2009

Resep Shabu-Shabu Khas Jepang

07-08-2008 11:55

Shabu-shabu adalah masakan khas Jepang. Semacam sup dengan isi daging sapi iris tipis, plus sayur-mayur yang direbus dengan kaldu. Sayurnya pun beragam, mulai sawi putih sampai jamur. Biasanya shabu-shabu disajikan bersama-sama dengan saus pencelup.

Bahan:

* 500 gram daging sapi sukiyaki
* 12 buah jamur shitake segar
* 1 buah tahu putih, ukuran besar, potong berbentuk dadu
* 75 gram soun, rendam dalam air panas, tiriskan
* 100 gram sawi putih, potong-potong
* 3 batang daun bawang, potong serong ukuran 2 cm
* 100 gram sawi pok choy, potong-potong
* 1 1/4 liter kaldu ayam

Saus pencelup:

* 150 cc kecap kikkoman
* 100 cc ponzu/air jeruk lemon
* 1 sendok makan gula pasir
* 5 cm lobak, parut halus
* 3 siung bawang putih, haluskan
* 3 cm jahe, parut halus
* 1 sendok makan biji wijen, sangrai, haluskan

Cara membuat

Bahan:
*didihkan kaldu ayam,
*masukkan daun bawang, aduk rata,
*lalu masukkan daging sapi, jamur, tahu, soun, sawi putih, dan sawi pok choy,
*masak hingga matang, jangan diaduk-aduk.

Saus pencelup:
*campur kecap kikoman,
*gula pasir, dan ponzu/air jeruk lemon, aduk rata, didihkan, angkat, dinginkan,
*lalu masukkan lobak parut, bawang putih, jahe, dan wijen, aduk rata.

Ani Nurdwiyanti adalah kontributor swaberita dan dapat dihubungi di ani.nurdwiyanti@swaberita.com

Geisha: Membayangkan Jepang Lewat Bioskop

August 23, 2007
Filed under: Komunikasi — fickry @ 2:43 pm

“Kunshi wa hitori o tsutsushimu.”

“Orang hebat selalu menjaga perilakunya, meskipun sedang sendiri.”

~Unknown Author~





SAYA mengenal Jepang lewat film. Berbagai film produksi Jepang saya lahap seperti sarapan pagi. Mulai dari alur cerita, soundtrack, lokasi, hingga bintang filmnya. Bahkan tak jarang saya menghapal beberapa lagu Jepang. Bukan untuk menjadi ke-Jepang-Jepangan, tapi tak lebih menyalurkan minat menyanyi. Salah satu film yang menginspirasi saya tentang negeri Sakura itu adalah film Memoirs of Geisha.

Film garapan Rob Marshall dengan produser Steven Spielberg yang mengangkat novel dengan judul senada karya Arthur Golden tersebut memang sukses di pasaran. Di samping sinematografi yang memikat, pun didukung aktor dan aktris yang menawan. Sebut saja seperti Zi Yi Zhang, Michelle Yeoh, Gong Li, dan Ken Watabane. Namun, saya tidak akan membicarakan itu di sini. Tidak untuk merayaan kesuksesan duo itu: persetubuhan antara kapitalisme dan idelogi sebuah kebudayaan yang diraih lewat produksi film. Namun, saya akan membincang sebuah bangsa dan kebudayaannya. Sesuatu yang lebih agung dari sekadar itu. Yaitu tentang Jepang dan segenab karakter budayanya yang direpresentasikan melalui film Memoirs of Geisha.







Sedikit tentang Geisha

Awalnya Geisha adalah seorang pria yang bekerja untuk menghibur atau lebih tepatnya pelawak. Lalu pada tahun 1800-an, Geisha mulai banyak diperankan oleh seorang wanita yang disebut dengan Onna Geisha. Biasanya, Geisha kecil memulai pelatihan utuk menjadi seorang Geisha sejak usia yang sangat muda. Pada masa itu, ia membantu Geisha senior dan menemaninya melayani atau bekerja dengan kliennya. Pada saat menemani itulah ia belajar dengan seniornya bagaimana menjadi Geisha sejati. Mulai dari cara berjalan, menggunakan Kimono, menuangkan teh ke cangkir, sampai pilihan kata yang harus disampaikan untuk menghibur klien. Geisha pun dituntut untuk memiliki multitalent, seperti pandai bermain musik, menari, berbicara tentang banyak hal, dan lain-lain. Keterampilan inilah yang dijual oleh seorang Geisha.

Geisha dikatakan berhasil apabila telah memiliki seorang Danna atau pelindungnya. Semua kebutuhan hidupnya akan dibiayai oleh pelindungnya tersebut. Saat ini, hampir semua wanita muda yang ingin menjadi Geisha harus mengikuti sekolah Geisha. Di sana mereka dilatih berbagai keterampilan khas Geisha. Mereka belajar alat musik tradisional seperti Shamisen, Shakuhachi (bamboo flute), dan drum, sebaik mungkin. Mereka juga dituntut untuk bisa menyanyi lagu tradisional, menari tarian Jepang kalsik (tari kipas), upacara teh, keterampilan ikebana (keterampilan merangkai bunga), puisi, bahkan pengetahuan umum dan ilmiah.

Geisha modern masih tinggal di rumah Geisha yang dikenal dengan sebutan Okiya, sedangkan wilayahnya disebut Hanamachi. Tetapi kebanyakan Geisha modern lebih memilih tinggal di apartemen. Sedangkan dua daerah yang prestisius adalah Gion dn Pontocho yang keduanya berada di Kyoto. Pada tahun 1920-an, di Jepang, terdapat lebih dari 80.000 orang Geisha. Namun saat ini, jumlahnya menurun menjadi kurang dari 1.000 orang.





Memoirs of Geisha: Reflika Kebudayaan Jepang

Film merupakan media komunikasi yang memiliki kekuatan tersendiri dalam menyampaikan makna. Melalui film, berbagai pesan dapat disampaikan kepada audiens yang diinginkan. Kebudayaan, nilai-nilai sosial, adat-istiadat, teknologi, dan bahasa, dapat disampaikan secara holistik dan luruh. Proses penyampaian pesan yang dilakukan pun efektif karena melibatkan semua panca indra baik audio maupun visual laiknya medium televisi.

Menurut Mc Luhan (dalam Budi Irawanto, 20-21: 2005), televisi adalah medium “dingin” (cool) yang menyajikan citra (image) secara utuh. Ini mengarah pada partisipasi yang lebih besar secara sensoris. Proses komunikasi melalui video hanya mensyaratkan sedikit atau kontribusi yang tak terlampau aktif dari kapasitas penontonnya. Televisi menawarkan tantangan yang tak langsung atau pemahaman yang segera, dan otak yang sadar diundang oleh televisi untuk menggambarkan secara bebas dan menciptakan respon yang leluasa.

Demikian juga dengan film. Pesan yang disampaikan melalui film melibatkan banyak faktor dan unsur yang saling melengkapi. Mulai dari proses pra sampai pasca produksi. Proses kreatif dan riset yang panjang sudah barang tentu suatu kewajiban. Hal ini untuk menunjang kevalidan dan kesesuaian dengan realitas yang ada di dalam masyarakat. Proses kerja keras dan riset yang panjang itu tidak lain untuk mendukung terciptanya sebuah maha karya yang sempurna, dan pada titik ekonomis, akhirnya, memenuhi tuntutan pasar.

Adalah film Memoirs of A Geisha yang merupakan salah satu film berlatar belakang sejarah dan budaya. Menariknya, Geisha merupakan salah satu “produk” kebudayaan tradisional Jepang yang penuh dengan kemisteriusan tersendiri. Kehidupannya yang penuh rahasia dan tertutup memberikan kesan istimewa yang dilekatkan padanya. Lalu, bagaimana kehidupan Geisha tersebut direpresentasikan dalam film? Secara garis besar film tersebut menceritakan kondisi Jepang sekitar tahun 1930-an. Lebih lanjut lagi, Jepang menjadikan tradisi bukan sebuah hambatan, malah menjadi sebuah fasilitator untuk mencapai kesuksesan. Tradisi dan misteri kebudayaan Jepang dipelihara hingga kini, termasuk Geisha.

Geisha adalah salah satu aset budaya yang memiliki kompleksitas tersendiri. Tradisi yang dimiliki seorang Geisha adalah tradisi yang dijaga dan dirahasiakan secara turun temurun. Status sosial seorang Geisha menduduki posisi tersendiri dalam masyarakat Jepang. Bahkan mereka menduduki posisi teras dalam struktur sosial masyarakat Jepang.

Misteri tradisi dan status sosial Geisha menarik tatkala ditarik ke dalam sebuah media film. Apalagi mengingat adanya distorsi pemahaman dan kerancuan antara Geisha dan pelacur di kalangan masyarakat umum. Hal inilah yang kemudian menarik ketika status sosial tersebut divisualisasikan dalam film dengan tarikan plot yang romantis. Pilihan artistik dan bahasa visual menjadi penting tatkala hendak menggambarkan sebuah status sosial dan peran sosial dalam masyarakat. Apalagi posisi tersebut sulit untuk diekspoitasi secara umum.



Konstruksi Kebudayaan Jepang

Geisha merupakan salah satu bentuk filosofis dari jutaan kebudayaan Jepang yang unik dan berkarakter. Ciri khas inilah yang kemudian menjadi spirit masyarakatnya untuk membangun Jepang. Spirit tersebut menjai katalisator kebangkitan mereka menjadi macan Asia. Betapa canggih karakter tersebut sampai tidak lebih dari setengah abad Jepang berhasil membangun peradaban mereka yang kental unsur tradisi yang membudaya sejak ratusan tahun.

Geisha tak lebih dari ribuan subkultur di Jepang. Ia adalah salah satu produk kebudayaan yang memberikan pengaruh cukup besar terhadap kondisi Jepang saat ini. Spirit yang ia bawa memberikan inspirasi etos kerja dan semangat rakyat Jepang. Negara industri berhasil disandangnya dalam waktu singkat setelah kekalahannya dengan Amerika pasca Perang Dunia II. Kemajuan yang ia capai tidak terlepas dari sikap bangsa yang ulet, tekun, dan disiplin. Selain itu, dalam menjalankan proses modernisasi, ia kerap menjaga proses tradisi yang sudah mengakar di negaranya selama beratus-ratus tahun.

Proses modernisasi di Jepang dilacak sejak Restorasi Meiji (awal abad XIX), ketika para samurai yang berpikiran maju menghendaki modernisasi Jepang. Tetapi kalau kita tarik ke belakang lagi, sebetulnya Restorasi Meiji juga bisa sukses ketika sudah melewati masa jengoku jidai (masa perang) zaman Tokugawa (sekitar abad XV-XVII). Setelah selesainya era Tokugawa yang penuh perang, Jepang mengalami masa damai selama 200 tahun. Dan itulah modal besar yang dimiliki Jepang untuk mendidik bangsanya.

Kebudayaan masyarakat Jepang yang ulet dan disiplin tersebut dapat dilihat dari kehidupan Geisha. Bagaimana seorang Maiko (istilah sebelum menjadi Geisha) belajar dan berlatih dengan Geisha seniornya. Memakai Kimono, berjalan dengan sandal yang tinggi, merelakan rambutnya berminggu-minggu tidak tersentuh air, dan bagaimana menjaga kebersihan, merupakan bagian dari ritual-ritual yang harus dilakukan oleh seorang Maiko sebelum menjadi Geisha yang sebenarnya. Tradisi dan kebudayaan tersebut kemudian dikonstruksikan dalam sebuah film mengingat film juga merupakan media untuk merekonstruksikan kebudayaan masyarakat.

“Geisha originated as skilled professional entertainers; originally most were male. While various ranks of professional courtesans provided sexual entertainment, geisha used their skills in traditional Japanese arts, music, dance, and storytelling. Town (machi) geisha worked freelance at parties outside the various pleasure quarters, while quarter (kuruwa) geisha entertained at parties within the pleasure quarters. As the artistic skills of high-ranking courtesans declined, the skills of the geisha, who were both male and female, became more in demand.”



Geisha sangat umum pada abad ke-18 dan abad ke-19, dan masih ada sampai sekarang ini, walaupun jumlahnya tidak banyak. Dalam bahasa Inggris Geisha dilafalkan geɪ ʃa (“gei-” – “may”). Di Kansai, istilah “geiko” dan geisha pemula “maiko” yang digunakan sejak Restorasi Meiji hanya digunakan di distrik Kyoto. Pengucapan gi ʃa (“gei-” – “key”) atau “gadis geisha” umum digunakan pada masa pendudukan Amerika Serikat di Jepang dan mengandung konotasi negatif yaitu pelacuran. Di Tiongkok, kata yang digunakan adalah “yi ji,” yang pengucapannya mirip dengan “ji” dalam bahasa Mandarin yang berarti prostitusi.

Geisha belajar banyak bentuk seni dalam hidup mereka, tidak hanya untuk menghibur pelanggan tetapi juga untuk kehidupan mereka. Rumah-rumah geisha membawa gadis-gadis yang kebanyakan berasal dari keluarga miskin dan kemudian melatih mereka. Semasa kanak-kanak, geisha seringkali bekerja sebagai pembantu, kemudian sebagai geisha pemula (maiko) selama masa pelatihan.



Bushido dan Geisha

Ada perbedaan besar antara Bushido dan Geisha. Di samping dimensinya yang berbeda, tampaknya kedua istilah ini memiliki bias gender. Bushido yang diidentikkan dengan samurai yang notabene adalah laki-laki. Sementara Geisha melulu diasosiasikan dengan perempuan.

Bushido adalah etika moral bagi kaum samurai yang berasal dari zaman Kamakura (1185-1333) dan terus mengalami perkembangan pada zaman Edo (1603-1867). Aspek yang diajarkan adalah kesetiaan, keadilan, rasa malu, tata-krama, kemurnian, kesederhanaan, semangat berperang, kehormatan, dll. Sementara aspek yang paling dominan dalam falsafah ini adalah aspek spiritual.

Jika melihat aspek yang diajarkan di dalam bushido, setidaknya Geisha memiliki beberapa kesamaan. Misalnya pada aspek tata-krama, kehormatan, kesetiaan, dan kemurnian. Seorang Geisha sejati selalu memegang janji terhadap Dannanya. Ia berpegang teguh untuk menjaga kesetiaannya. Selain itu, menjaga tata krama dan kehormatan ketika mereka bekerja merupakan sebuah keharusan dari profesinya itu.



Geisha dan Maiko: Sempai-kohai

Tatanan sosial di Jepang juga mengenal adanya hubungan masyarakat vertikal yaitu hubungan sempai-kohai (senior-junior). Biasanya seorang senior dipanggil sempai oleh para junior, sedangkan senior memanggil para juniornya dengan namanya saja. Seorang sempai bertanggungjawab untuk mengayomi para kohai sehingga hubungan mereka mirip hubungan kakak-adik.

Pun demikian dengan Geisha. Biasanya, seorang Geisha memiliki Maiko yaitu semacam adik tingkat di Okiya. Maiko memperoleh pelajaran dan pengalaman berharga dari seorang Geisha seniornya. Kemanapun Geisha bekerja, biasanya Maiko selalu diajak untuk melihat langsung bagaimana Geisha melayani para tamunya dengan berbagai kemampuan dan keterampilan menjamu. Di sanalah ia melihat secara langsung seniornya bekerja dan bahkan mempraktikkannya.



“Kunshi wa hitori o tsutsushimu” dan Budaya Indonesia

Membaca budaya Jepang lewat film mungkin menarik. Di samping disuguhi plot dramatis, kita juga dapat menikmati alamnya yang modern sekaligus tradisional itu. Mulai dari film klasik hingga film ber-settting Jepang modern. Ada banyak pelajaran yang dapat diambil. Termasuk film Memoirs of Geisha ini.

Membicaraan Geisha, saya teringat dengan pepatah lama Jepang yang berbunyi “Kunshi wa hitori o tsutsushimu“, yang artinya “orang hebat selalu menjaga perilakunya, meskipun sedang sendiri.” Walaupun tidak ada korelasi positif dengan Geisha, setidaknya saya sedikit tergelitik sekaligus malu. Mereka berusaha untuk menjadi lebih baik dan menjadi sempurna hanya untuk kehormatan mereka sendiri. Bukan untuk dilihat oleh orang lain.

Mereka malu dengan dirinya sendiri apabila gagal dalam mendapatkan sesuatu. Mereka malu bukan karena makian, cacian, ataupun kritik saran orang lain, tetapi malu karena tidak berhasil menjadi manusia seutuhnya yang mampu menjaga moral mereka sendiri.

Mengandaikan Indonesia seperti Jepang, saya hanya bisa berdoa, semoga perubahan itu tidak diawali dengan munculnya Geisha versi Indonesia. Salam!

Sapo Tahu Jepang

Tahu, sayur, Udang, baso ikan, jamur, wah… pokoknya komplit deh. Tahu jepang dimasak begini emang enak.


Bahan:

* 50 gram udang kupas
* 3 buah baso ikan, potong menjadi 2 bagian
* 1 buah tahu jepang
* ½ buah wortel
* 1 pok choy
* 8 lembar jamur kuping
* 2 siung bawang putih
* 2 sdm saos tiram
* ½ sdt kecap ikan
* ½ sdm gula
* ½ sdt garam
* ¼ sdt merica
* Air putih secukupnya

Cara Membuat:

1. Goreng tahu jepang dalam minyak panas. Angkat, sisihkan
2. kukus wortel dan pok choy, sisihkan.
3. Tumis bawang putih sampai harum, masukan udang dan baso ikan, tuangkan kecap ikan, aduk. Masukan wortel, tahu jepang, jamur kuping, aduk. Masukan saos tiram, garam, gula, merica, aduk. Tambahkan air, masak hingga mendidih.Terakhir masukan kanji yang sudah dicampur air, aduk. Matikan api.
4. Siramkan semua bahan ke atas pok choy yang sudah disusun pada piring saji. Sajikan hangat.

ShareThis
Related Posts

* Tahu Isi
Ini pertama kalinya aku membuat tahu isi sendiri. Ya, bentuknya kurang bagus (maklum ...
* Sop Perut Ikan
Bahan: 50 gram perut ikan100 gram daging babi / sapi 50 gram udang6 biji baso ikan1 ...
* Kembang Tahu Masak kecap
Bahan: 1 ekor ayam kampung, potong-potong4 butir telor rebus500 gram baikut babi pot ...
* Ca Pok Choy
Sayur Pok Choy ini, sangat sering kita jumpai di pasar-pasar tradisional maupun super ...
* Sambel Goreng Tahu Tempe
Tahu tempe mengandung protein yang cukup banyak, sehingga bagus untuk dikonsumsi ...
Source: http://www.evennachang.com/

"Daftar Isi Blog"


Selasa, 27 Oktober 2009

ME

Selasa, 06 Oktober 2009

Prefektur Toyama

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Langsung ke: navigasi, cari
Prefektur Toyama
富山県; Toyama-ken
Lokasi Prefektur Toyama (disorot) dalam peta Jepang

Ibu kota Toyama
Wilayah Chubu
Pulau Honshū
Gubernur Takakazu Ishii

Luas wilayah 4.247,22 km² (ke-33)
% perairan 0,1%%

Penduduk (data 1 Oktober 2001)
Jumlah 1.120.380 (ke-38)
Kepadatan 264/km²

Distrik 2
Munisipalitas 15

ISO 3166-2 JP-16
Situs web [1]
Simbol prefektur
Bunga Tulip (Tulipa)
Pohon Tateyamasugi (Cryptomeria japonica)
Burung Snow grouse (Lagopus mutus)
Lambang Prefektur Toyama
Lambang Prefektur Toyama


Prefektur Toyama merupakan sebuah prefektur di Jepang. Beriubukota di Toyama.

Pada tahun 2001, luasnya adalah 4.247 km² dengan memiliki jumlah penduduk 1.120.380 jiwa dengan memiliki angka kepadatan penduduk 264 jiwa/km².

Daftar isi

[sembunyikan]

[sunting] Region

[sunting] Toyama Timur

[sunting] Region Toyama

[sunting] Region Niikawa

[sunting] Toyama Barat

[sunting] Region Takaoka

[sunting] Region Tonami

Prefektur Niigata

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Langsung ke: navigasi, cari
Prefektur Niigata
新潟県; Niigata-ken
Lokasi Prefektur Niigata (disorot) dalam peta Jepang

Ibu kota Niigata
Wilayah Chubu
Pulau Honshū
Gubernur Hirohiko Izumida

Luas wilayah 12.582,47 km² (ke-5)
% perairan 0,2%%

Penduduk (data 1 Maret 2005)
Jumlah 2.444.108 (ke-14)
Kepadatan 194/km²

Distrik 10
Munisipalitas 35

ISO 3166-2 JP-15
Situs web [1]
Simbol prefektur
Bunga Tulip (Tulipa gesneriana)
Pohon Camellia (Camellia japonica)
Burung Crested Ibis (Nipponia nippon)
Lambang Prefektur Niigata
Lambang Prefektur Niigata


Prefektur Niigata adalah sebuah prefektur di Jepang. Ibu kota di Niigata.

Pada tahun 2005, luasnya adalah 12.582 km² dan penduduknya berjumlah 2.444.108 jiwa dengan memiliki angka kepadatan penduduk 194 jiwa/km².

Daftar isi

[sembunyikan]

[sunting] Geografi

Peta Prefektur Niigata.

Prefektur Niigata terletak 240 km dari Laut Jepang dari barat daya ke timur laut, dengan komposisi dataran yang dikelilingi oleh lautan dan pegunungan. Pulau Sado juga termasuk wilayah Prefektur Niigata.

Bentuk wilayah yang menyerupai Pulau Honshu menyebabkan Niigata sering disebut Honshu kecil. Dalam pembagian geografi di Jepang, Prefektur Niigata termasuk dalam wilayah Chubu.

Prefektur ini dibagi menjadi 3 daerah geografi: Joetsu (Selatan), Chuuetsu (tengah), Kaetsu (Utara), dan Pulau Sado. Di prefektur ini terdapat muara dari Sungai Shinano yang merupakan sungai terpanjang di Jepang.

Rekonstruksi dari rumah petani abad ke-19 di Museum Budaya Utara, Niigata.

[sunting] Kota

[sunting] Kota kecil dan desa

Kota kecil dan desa :

Aga
Arakawa
Asahi
Awashimaura
Kamihayashi
Sanpoku
Sekikawa
Kariwa
Seirō
Kawaguchi
Tagami
Yuzawa
Tsunan
Yahiko
Izumozaki

[sunting] Penggabungan wilayah

Kota Kurosaki dari Distrik Nishikanbara dimasukkan ke dalam wilayah Kota Niigata.
Kota Toyoura dari Distrik Kitakanbara dimasukkan ke dalam wilayah Kota Shibata
Kota Ryotsu digabung dengan seluruh kota dan desa di wilayah Distrik Sado menjadi Kota Sado.
Kota Suibara dan Yasuda, serta desa Kyogase dan desa Sasakami (Distrik Kitakanbara) digabung menjadi kota Agano.
Kota Muika dan Yamato dari Distrik Minamiuonuma digabung menjadi kota Minamiuonuma.
Kota Horinouchi dan Koide dan desa-desa sekitar Hirokami, Irihirose, Sumon, dan Yunotani (seluruhnya dari Distrik Kitauonuma) digabung menjadi kota Uonuma.
Kota Yasuzuka dan desa Maki, Oshima, dan Uragawara (seluruhnya dari Distrik Higashikubiki) dan kota Itakura, Kakizaki, Ogata, dan Yoshikawa beserta desa-desa di Kiyosato, Kubiki, Nakagou dan Sanwa (seluruhnya dari Distrik Nakakubiki) dan kota Nadachi dari Distrik Nishikubiki menjadi kota Joetsu.
Kota Itoigawa digabung dengan sisa wilayah Distrik Nishikubiki dan kota Nou serta Oumi menjadi kota Itoigawa.

[sunting] Pranala luar

Prefektur Kanagawa

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Langsung ke: navigasi, cari
Prefektur Kanagawa
神奈川県
Lokasi Prefektur Kanagawa (disorot) dalam peta Jepang

Ibu kota Yokohama
Wilayah Kanto
Pulau Honshu
Gubernur Shigefumi Matsuzawa

Luas wilayah 2.415,42 km² (43)
% perairan 2,3%

Penduduk (data 1 Januari 2000)
Jumlah 8.639.665 (3)
Kepadatan 3.577/km²

Distrik 7
Munisipalitas 35

ISO 3166-2 JP-14
Situs web www.pref.kanagawa.jp/
menu/english/
Simbol prefektur
Bunga Lili emas (Lilium auratum)
Pohon Ginkgo (Ginkgo biloba)
Burung Larus canus
Lambang Prefektur Kanagawa
Lambang Prefektur Kanagawa

Prefektur Kanagawa (神奈川県 Kanagawa-ken?) adalah prefektur Jepang yang terletak di wilayah Kanto, Pulau Honshu. Wilayah prefektur ini berhadapan dengan Samudera Pasifik dan memanjang dari selatan. Ibu kota prefektur ini adalah Yokohama. Prefektur ini memiliki jumlah penduduk terbesar ketiga di Jepang.

[sunting] Kota

Tokyo

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Langsung ke: navigasi, cari
Pemerintah Metropolitan Tokyo
東京都; Tōkyō-to
PrefSymbol-Tokyo.png
Ibu kota distrik khusus Shinjuku
Wilayah Kanto
Pulau Honshu
Luas wilayah 2.187,08 km² (45)
- % air 1,0%
Penduduk 12.064.101 (1)
- Kepadatan 5.520/km²
Distrik 1
Kotamadya 39
Situs resmi http://www.metro.tokyo.jp
Japan tokyo map small.png

Tokyo (東京; Tōkyō, harafiah: ibu kota timur) adalah ibu kota Jepang sekaligus daerah terpadat di Jepang, serta daerah metropolitan terbesar di dunia berdasarkan jumlah penduduknya (33.750.000 di perkotaan dan sekitarnya).

Sekitar 12 juta orang tinggal di Tokyo dan ratusan ribu lainnya berpulang pergi setiap hari dari daerah sekitarnya untuk bekerja dan berbisnis di Tokyo. Tokyo adalah pusat politik, ekonomi, budaya dan akademis di Jepang serta tempat tinggal kaisar Jepang dan kursi pemerintahan negara, dan sekaligus merupakan pusat bisnis dan finansial utama untuk seluruh Asia Timur.

Tokyo mempunyai jauh lebih sedikit gedung pencakar langit dibandingkan dengan kota lain yang seukurannya karena peraturan konstruksi gempa buminya. Bangunan di Tokyo kebanyakan terdiri dari apartemen tingkat rendah (6 hingga 10 lantai) dan rumah keluarga yang sempit. Tokyo juga merupakan lokasi sistem transportasi massal paling kompleks di dunia, dan terkenal akan jam-jam sibuknya yang padat.

Tokyo secara harafiah berarti "ibu kota timur" dalam bahasa Jepang, arti yang berlawanan dengan ibu kota lama di barat, Kyoto, yang dinamakan "saikyo", berarti "ibu kota barat" untuk jangka waktu yang pendek pada abad ke-19. Hingga tahun 1870-an, Tokyo bernama "Edo". Ketika pusat kekaisaran berpindah dari Kyoto ke Edo, namanya pun diganti.

Daftar isi

[sembunyikan]

[sunting] Geografi

Prefektur Tokyo dibagi kepada Daratan dan kepulauan. Bagian Daratan terletak di sebelah barat laut Teluk Tokyo, sekitar 90 km timur ke barat, dan 25 km utara ke selatan. Tokyo berbatasan dengan Prefektur Chiba di timur, Prefektur Yamanashi di barat, Prefektur Kanagawa di selatan, dan Prefektur Saitama di utara. Kepulauanannya terdiri dari Kepulauan Izu dan Kepulauan Ogasawara, memanjang sekitar 1.000 km ke Samudra Pasifik.

[sunting] Distrik kota/daerah pemilihan

Prefektur Tokyo mempunyai 23 distrik khusus yang terdiri dari:

Shibuya, yang dianggap sebagai pusat budaya remaja Jepang, mempunyai salah satu penyeberangan umum tersibuk di dunia, di depan pintu keluar Hachikō stasiun Shibuya.

[sunting] Ekonomi

Kuil Yasukuni, tempat peristirahatan terakhir untuk banyak dari korban perang Jepang.

Tokyo adalah rumah bagi banyak perusahaan dalam sektor ekonomi nasional dan dunia.

[sunting] Demografi

Menurut usia (2002):

  • Anak-anak (0-14): 1,43 juta (12%)
  • Penduduk yang bekerja (15-64): 8,5 juta (71,4%)
  • Penduduk senior (65+): 1,98 juta (16,6%)

Populasi penduduk asing: 327.000 (2001)

Pertumbuhan populasi bersih: +68.000 (2000 hingga 2001)

[sunting] Budaya

Tempat keagamaan penting di Tokyo:

[sunting] Lingkungan

[sunting] Kota kembar

[sunting] Transportasi

Kota Tokyo banyak menggunakan jalur rel kereta api untuk menghuhungkan satu tempat ke tempat lainnya. Pusat jalur kereta api ini berpusat di stasiun Tokyo.

[sunting] Lihat pula

Prefektur Chiba

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Langsung ke: navigasi, cari
Prefektur Chiba
千葉県 Chiba-ken
Lokasi Prefektur Chiba (disorot) dalam peta Jepang

Ibu kota Chiba
Wilayah Kanto
Pulau Honshu
Gubernur Akiko Domoto

Luas wilayah 5.156,58 km² (ke-27)
% perairan 0,8%

Penduduk (data 1 Juni 2007)
Jumlah 6.096.774 (6)
Kepadatan /km²

Distrik 6
Munisipalitas 57

ISO 3166-2 JP-12
Situs web www.pref.chiba.jp/
english/
Simbol prefektur
Bunga Brassica rapa var. amplexicaulis
Pohon Podocarpus macrophyllus (Kusamaki)
Burung Emberiza cioides (Hoojiro)
Lambang Prefektur Chiba
Lambang Prefektur Chiba

Prefektur Chiba (千葉県 Chiba-ken?) adalah prefektur Jepang yang terletak di daerah Tokyo-Yokohama, Pulau Honshu, Jepang. Ibukotanya adalah kota Chiba.

Prefektur Chiba didirikan pada 15 Juni 1873 dengan penggabungan antara Prefektur Kisarazu dan Prefektur Inba. Penduduk Chiba adalah salah satu yang terkaya di Jepang. PDB per kapita adalah ¥3,1 juta (sekitar Rp 270 juta), terbesar kelima di Jepang.

Tokyo Disney Resort, yang terdiri dari Disneyland Tokyo dan DisneySea Tokyo terletak di Urayasu dekat perbatasan sebelah barat prefektur.

[sunting] Kota-kota

[sunting] Distrik

Pemandangan Teluk Tokyo dari Pantai Makuhari, Chiba