Keindahan negara jepang terkenal hingga ke ujung dunia, apalagi negeri yang menyandang julukan Negri Sakura ini masih memegang budaya dan tradisi yang diwarisi turun-temurun oleh nenek moyang mereka sejak berabad-abad lalu seperti, upacara minum teh, hari anak laki-laki, upacara pernikahan dan masih banyak lainya. Diantara semuanya, upacara pernikahan merupakan peristiwa terpenting di dalam sejarah kehidupan orang Jepang.
Saat ini di Jepang, terdapat dua tata cara pernikahan yaitu, tata cara pernikahan modern yang dilangsungkan di gereja dengan sistem agama Kristen dan tata cara pernikahan tradisional yang dilangsungkan di kuil dengan sistem Budha atau Shinto. Masyarakat Jepang sendiri saat ini lebih tertarik pada upacara pernikahan dengan cara yang Modern, yaitu menikah dengan cara agama Kristen di gereja meski keduanya tidak beragama Kristen, tapi
Orang Jepang memang menyukai berbagai perayaan serta trend, buktinya perayaan pernikahan yang paling diminati oleh setiap pasangan yang akan menikah saat ini berupa upacara pernikahan di atas kapal pesiar. Pengucapan janji nikah dihadapan kapten kapal serta disaksikan oleh keluarga, teman dan kerabat ini memakan biaya hanya sekitar ¥ 6.000.000 dengan mempelai wanita yang mengenakan gaun pengantin ala barat serta sang pria yang mengenakan busana bak kapten kapal.
Seperti juga yang terjadi di belahan dunia lainnya saat ini jarang pasangan Jepang yang menikah pada usia muda, karena setelah menamatkan pendidikan mereka mulai memikirkan karir setelah itu
Nah bagi mereka yang terlalu disibukkan oleh pekerjaan hingga sempat sejenak melupakan soal jodoh, tentu kesulitan untuk mencari pasangan pendamping. Untuk itu apabila usia mereka sudah cukup mapan untuk menikah, mereka akan mencari jodoh lewat acara-acara
Seperti Masami Uehara, seorang pria Jepang berusia 42 tahun bekerja sebagai pekerja bangunan yang sebentar lagi akan melangsungkan pernikahan dengan Megumu Nagato, wanita Jepang berusia 28 tahun. Mereka berdua sudah lama saling mengenal sejak Megumu berusia 17 tahun,jadi mereka sudab kenal 11 tahun. Uehara sendiri adalah seorang pria yang sangat menyukai anak-anak dan mencintai adat istiadat Jepang serta sering menyanyikan lagu-lagu rakyat, seperti Kiyari, lagu yang sering dinyanyikan oleh pekerja kasar. Mereka berdua sangat mencintai kebudayaan Jepang sehingga menginginkan pernikahannya dengan gaya tradisional Jepang diiringi dengan lagu-lagu Kiyari, karena Uehara adalah seorang pekerja kasar. Sebelum upacara pernikahan dilangsungkan, Uehara meminta izin kepada ayah Nagato. Apabila orang tua dari pihak wanita sudah menyetujui, maka segera dicarikan hari baik. sebab di Jepang ada kalender yang menerangkan mana hari baik dan mana hari buruk.
Kedua mempelai diantar keluarga, teman dan kerabat bersama sama pergi ke kuil yaitu Kuil Meiji Jingu lalu melaksanakan upacara ritual pernikahan tradisional agama Shinto. Setelah seluruh keluarga, teman, dan kerabat berkumpul, kedua pengantin berdiri ditengah tengah diiringi dengan lagu tradisional kiyari. Pendeta kemudian melaporkan kepada dewa, bahwa kedua pasangan ini akan menikah lalu berdoa untuk para orang-orang tua yang sudah meninggal. Pengantin pria membaca sumpah perkawinan kepada pengantin wanita, Lalu kedua pengantin minum anggur sebanyak tiga kali kemudian diulang lagi tiga kali. Di hadapan Dewa kedua pengantin mengucapkan janji nikah, disaksikan keluarga, teman dan kerabat, sgera setelah itu dilanjutkan dengan resepsi. Pada acara ini, kedua pengantin sudah berganti busana, yaitu busana ala barat. Tersedia juga minuman khas sake yang menandakan keluarga mereka bersatu serta hidangan untuk para tamu, dengan posisi tamu kehormatan biasanya diisi oleh pimpinan tempat pengantin pria bekerja. |
Sumber : Majalah Bridal
Tidak ada komentar:
Posting Komentar